Beranda Agama Pedoman Dasar Pengenalan Terhadap Jati Diri
Agama

Pedoman Dasar Pengenalan Terhadap Jati Diri

Jati diri yang sesungguhnya itu tidak lain adalah ruh yang ditiupkan Allah SWT ketika janin didalam rahim berusia empat bulan sepuluh hari

Pedoman Dasar Pengenalan Terhadap Jati Diri Demi Persatuan dan Kesatuan Umat Manusia

 

Diterbitkan oleh : icuen

WhatsApp :  0838 3347 4553

Gensa – Pedoman dasar ini diawali dengan pengenalan terhadap diri kita, Maksudnya adalah pengenalan terhadap jati diri demi persatuan dan kesatuan umat manusia, kita semua merasakan bahwa di akhir zaman yang sedang kita lewati seperti sekarang ini banyak sekali kita temukan kejanggalan pada umat manusia.

Kurang nya persatuan dan kesatuan dalam bernegara jelas berawal dari tidak ada nya pedoman dasar pengenalan terhadap jaditi diri. karena jika seseorang mengenal jati diri atau diri yang sebenar diri tidak mungkin ada lagi perdebatan yang berujung perpecahaan antar umat manusia. 

Jati diri yang sesungguhnya itu tidak lain adalah ruh yang ditiupkan Allah SWT ketika janin didalam rahim berusia empat bulan sepuluh hari kedalam dada setiap manusia. 

Hal ini didasarkan pada pernyataan Allah SWT melalui firman Nya dalam QS 32 As-Sajadah ayat 9 :

“Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ثُمَّ سَوّٰٮهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَا لْاَ بْصَا رَ وَا لْاَ فْــئِدَةَ ۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

summa sawwaahu wa nafakho fiihi mir ruuhihii wa ja’ala lakumus-sam’a wal-abshooro wal-af-idah, qoliilam maa tasykuruun 

“Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”

(QS. As-Sajdah 32: Ayat 9)

Secara ilmiah manusia sering pula bertanya darimana asal kejadian nya, sedang dimana dan hendak kemana? Begitu penting nya mengenal diri ini, sehingga ada pernyataan populer yang sering di lontarkan oleh para pengkaji hakikat yaitu :

“Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu”

“Barang siapa kenal dirinya, sesungguhnya kenal akan Tuhan nya”

(Ungkapan ini sering dijumpai dalam buku buku Tasawuf, misalnya asrar al-Anwar al-Gazali, sebagian ada yang menyangka ini sebuah hadis, tapi sebagian besar mengatakan ungkapan itu adalah ungkapan khalifah Ali ra.) 

Ungkapan ini dapat disimpulkan bahwa langkah awal menunju (mengenal) Tuhan adalah mengenal diri. 

Namun demikian untuk sampai kepada taraf mengenal diri (ruh) ia memerlukan pengetahuan yang amat luas, sebab akibat dari ketidaktahuan terhadap ruh itulah banyak orang yang tidak mengetahui dirinya bahkan ada yang lupa diri.

Oleh sebab itu Tuhan mengingatkan kita lebih dulu seperti dalam QS Al-Baqarah ayat 44 :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَتَأْمُرُوْنَ النَّا سَ بِا لْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَ نْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

a ta-muruunan-naasa bil-birri wa tangsauna angfusakum wa angtum tatluunal-kitaab, a fa laa ta’qiluun

“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab? Tidakkah kamu mengerti?”

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 44)

Firman Tuhan tersebut tampak nya mengingatkan kita supaya mengetahui siapa diri kita, karena umum nya kita tidak menyadari nya, kenapa demikian ?

Baca juga : Asal Usul Nama Gensa Sampai Menjadi Gensa Club

Jawaban nya adalah karena kita tidak menyimak secara seksama Firman Allah SWT yang secara tegas menyatakan bahwa diri kita ini tidak lain adalah ruh yang ditiupkan Allah SWT kedalam dada kita .

Karena itu tidak semudah yang di perkirakan sebelumnya bahwa memahami Al-quran dapat di rekayasa begitu saja atau di akal-akali oleh sembarang manusia supaya enak didengar tanpa mempertimbangkan paham dengan makna nya, melainkan terbatas pada pengertian dan perpindahan bahasa saja. Sebab, keterangan memang ada didalam kitab, oleh sebab itu Tuhan memperingatkan kita dalam Firman Nya QS 61 Ash-Shaff ayat 2-3 :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ

yaaa ayyuhallaziina aamanuu lima taquuluuna maa laa taf’aluun

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?”

(QS. As-Saff 61: Ayat 2)

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ

kaburo maqtan ‘ingdallohi ang taquuluu maa laa taf’aluun

“(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

(QS. As-Saff 61: Ayat 3) 

Selain itu kita juga di peringatkan Tuhan dengan Firman Nya dalam QS. 2 Al-Baqarah ayat 175 :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِا لْهُدٰى وَا لْعَذَا بَ بِا لْمَغْفِرَةِ ۚ فَمَاۤ اَصْبَرَهُمْ عَلَى النَّا رِ

ulaaa-ikallaziinasytarowudh-dholaalata bil-hudaa wal-‘azaaba bil-maghfiroh, fa maaa ashbarohum ‘alan-naar

“Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan azab dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!”

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 175)

Berkaitan dengan peringatan Tuhan diatas, 

Dari Umar bin Khatab ra. Berkata: Nabi SAW  Bersabda :

“Hitunglah diri kamu sebelum kamu di hitung, dan berhisablah di peemukaan bumi karena sesungguhnya akan di ringan kan hisab nya pada hari kiamat bagi orang yang menghitung dirinya di dunia. (HR. Tirmizi)

Hadis ini berisi anjuran agar seseorang sesegera mungkin mengintropeksi diri, hari inilah kita menghisab diri jangan tunggu di yaumil mahsyar, hari ini kita dapat menghitung berapa banyak kita berbuat baik dan berapa banyak kita berbuat jahat. Dalam rangka menghisab diri inilah Tuhan memerintahkan kepada kita agar hendaknya memikirkan asal kejadian manusia, sesuai dengan Firman Nya dalam QS.86 At-Thariq ayat 5 :

Baca juga :  Agama Bahai Yang Sedang Heboh Di Perbincangkan

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

فَلْيَنْظُرِ الْاِ نْسَا نُ مِمَّ خُلِقَ 

falyangzhuril-ingsaanu mimma khuliq

“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan.”

(QS. At-Tariq 86: Ayat 5)

Nabi Muhammad SAW bersabda :

“A’daa ‘aduwwika nafsukal latiy bayna jan-bayka”

“Musuh yang paling berbahaya adalah hawa nafsu mu yang ada diantara dua lambungmu (HR. Baihaqi dalam Sunan Al Kabariy)

Menghisab diri ini memerlukan pengetahuan yang luas dan dalam, sebab mengetahui secara pasti rahasia diri ini hanya para nabi dan wali Allah. Mereka di tuntun, di bimbing, dan di beri petunjuk langsung oleh Allah SWT. Oleh sebab itu dapat di pahami bahwa tidak mungkin manusia bisa mengakal-akalinya, karena yang mendapat petunjuk dari Allah SWT itu adalah para Nabi yang mereka tidak bersekolah, sebagaimana Muhammad Rasulullah SAW yang ummi berkata ; “Aku manusia biasa seperti kamu, (beranak-beristri, makan-minum, sakit, dan hidup-mati)” tapi kelebihan beliau ialah “Yuuhaa llaiyya”, artinya Aku di wahyukan oleh Allah SWT.

Firman Tuhan dalam QS.18 Al-Kahfi ayat 110:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ اِنَّمَاۤ اَنَاۡ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰۤى اِلَيَّ اَنَّمَاۤ اِلٰهُكُمْ اِلٰـهٌ وَّا حِدٌ ۚ فَمَنْ كَا نَ يَرْجُوْا لِقَآءَ رَبِّهٖ فَلْيَـعْمَلْ عَمَلًا صَا لِحًـاوَّلَايُشْرِكْ بِعِبَا دَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا

qul innamaaa ana basyarum mislukum yuuhaaa ilayya annamaaa ilaahukum ilaahuw waahid, fa mang kaana yarjuu liqooo-a robbihii falya’mal ‘amalang shoolihaw wa laa yusyrik bi’ibaadati robbihiii ahadaa

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”

(QS. Al-Kahf 18: Ayat 110)

Persoalan yang terjadi sekarang adalah orang tidak lagi mengetahui posisi dan peran Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan agama Allah SWT, padahal beliau itu adalah washilah atau jalan seorang hamba agar bisa sampai kepada Allah SWT.

Nabi Muhammada SAW tidak berpisah dari Allah SWT, artinya semua kehendak Allah SWT, beliau lah yang ditugaskan untuk menyampaikan bagi kemaslahatan umat manusia, perhatikan Firman Tuhan dalam QS.5 Al-Maidah ayat 35:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَا بْتَغُوْۤا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّـكُمْ تُفْلِحُوْنَ

yaaa ayyuhallaziina aamanuttaqulloha wabtaghuuu ilaihil-wasiilata wa jaahiduu fii sabiilihii la’allakum tuflihuun

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung.”

(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 35)

Hal yang perlu diketahui dari keterangan diatas ialah siapa sebenarnya jalan kepada Allah SWT yang kita di perintahkan untuk mencari nya supaya bisa dekat dengan Allah SWT, jawaban nya tidak lain adalah Muhammad Rasulullah SAW. Kenapa demikian ? Karena kalau ingin tau Allah SWT tanya kepada beliau, sebab apa kehendak Allah SWT beliau yang menyampaikan Nya.

Segala yang di ucapkan Nabi Muhammad SAW itu datang dari Allah, didengar oleh sahabat sahabat, di tulis, kemudian dikumpulkan, lalu menjadilah ia kitab suci Al Qur-an.

Firman Tuhan dalam QS.9 At-Taubah ayat 33 :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِيْۤ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِا لْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖ ۙ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ

huwallaziii arsala rosuulahuu bil-hudaa wa diinil-haqqi liyuzh-hirohuu ‘alad-diini kullihii walau karihal-musyrikuun

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.”

(QS. At-Taubah 9: Ayat 33)

Dengan demikian dapat di pahami bahwa wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW itu adalah dari Allah SWT. Maka tampak lah bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang Rasul dengan tugas yang diberikan Allah SWT kepadanya yang bermanfaat bagi umat manusia, baik didunia maupun di akhirat.

Kalau demikian adanya, maka fungsi Rasulullah SAW mutlak diketahui, fungsi dimaksud adalah sebagaimana yang tertera pada Firman Tuhan dalam QS.2 Al-Baqarah ayat 151 :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

كَمَاۤ اَرْسَلْنَا فِيْکُمْ رَسُوْلًا مِّنْکُمْ يَتْلُوْا عَلَيْكُمْ اٰيٰتِنَا وَيُزَكِّيْکُمْ وَيُعَلِّمُکُمُ الْكِتٰبَ وَا لْحِکْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَ 

kamaaa arsalnaa fiikum rosuulam mingkum yatluu ‘alaikum aayaatinaa wa yuzakkiikum wa yu’allimukumul-kitaaba wal-hikmata wa yu’allimukum maa lam takuunuu ta’lamuun

“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 151)

Sebelum melanjutkan pembahasan diatas, kami ingin memperkenalkan produk Pakaian Pria yang bisa kamu temukan disini

Ada lima hal penting yang diinformasikan oleh ayat diatas berkaitan dengan fungsi dan tugas seoarang Rasul, kelima hal tersebut adalah sebagai berikut :

1. Membacakan ayat ayat kami.

Ayat berarti tanda, salahsatu tanda itu ada didalam dada kita, Firman Tuhan dalam QS.29 Al-Ankabut ayat 49 :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

بَلْ هُوَ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ فِيْ صُدُوْرِ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ ۗ وَمَا يَجْحَدُ بِاٰ يٰتِنَاۤ اِلَّا الظّٰلِمُوْنَ

bal huwa aayaatum bayyinaatung fii shuduurillaziina uutul-‘ilm, wa maa yaj-hadu bi-aayaatinaaa illazh-zhoolimuun

Baca juga :  Penghasilan Driver Taxi Online Meningkat Jelang Lebaran

“Sebenarnya, (Al-Qur’an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.”

(QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 49)

Sebagian orang ada yang memahami ayat diatas bahwa yang sesungguhnya adalah yang terdapat di dalam dada, ini bisa menimbulkan kesalahpahaman. Sebab seakan akan ini menafikan atau tidak menganggap lagi ayat ayat yang terdapat dalam kitab suci Al Quran adalah sebagai keterangan atau perjelas terhadap ayat (tanda) yang ada dalam dada setiap manusia.

2. Membersihkan kamu dari perbuatan yang tidak senonoh

Fungsi Rasulullah SAW selanjutnya adalah memisahkan antara yang haq dengan yang bathil. Rasulullah dengan bimbingan Allah SWT dapat mengetahui mana yang senonoh dan mana yang tidak senonoh. Sebab Allah SWT menghendaki semua manusia keluar dari alam kegelapan kapada  yang terang benderang. Maka, salah satu dari perjuangan Rasulullah SAW adalah merealisasikan kehendak Allah tersebut. Perhatikan Firman Tuhan dalam QS,33 Al-Ahzab ayat 43:

هُوَ الَّذِيْ يُصَلِّيْ عَلَيْكُمْ وَمَلٰٓئِكَتُهٗ لِيُخْرِجَكُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ  ۗ وَكَا نَ بِا لْمُؤْمِنِيْنَ رَحِيْمًا

huwallazii yushollii ‘alaikum wa malaaa-ikatuhuu liyukhrijakum minazh-zhulumaati ilan-nuur, wa kaana bil-mu-miniina rohiimaa

“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”

(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 43)

3. Mengajarkan Kitab

Kitab yang dimaksudkan disini adalah Al Quran Al Karim. Apabila ia membacakan ayat ayat Tuhan maka manusia sebenarnya sulit untuk meragukan nya. Hal demikian ditegaskan oleh Allah seperti Firman Nya dalam QS 2 Al-Baqarah ayat 2:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ  ۛ  فِيْهِ  ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ 

zaalikal-kitaabu laa roiba fiih, hudal lil-muttaqiin

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 2)

Untuk mencapai derajat taqwa, Rasulullah SAW berjuang untuk menanamkan keyakinan kepada umat manusia khususnya para sahabatnya untuk tidak meragukan sekaligus berpedoman kepada Kitab yang diwahyukan kepadanya. Hal demikian menjadi penting kerna kebanyakan orang pada saat itu meragukan akan kebenaran yang disampaikannya dan bahkan ada yang menuduh bahwa apa yang di sampaikan oleh Nabi Muhammad SAW tidak lain adalah rekayasa dan buatan (karangan) beliau atau sebuah dongeng belaka.

4. Mengajarkan ilmu pengetahuan

Sebenarnya ilmu telah dahulu diberikan namun pengetahuan tentang ilmu itu yang belum kita ketahui. Oleh sebab itu Rasulullah Muhammad SAW yang memberitahu kepada kita tentang ilmu itu, hal ini terbukti dengan berpedoman kepada apa apa yang disampaikan oleh beliau, perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kemajuan pesat.

Sejarah mencatat bahwa semua bidang sains dan teknologi awalnya dikembangkan oleh para sarjana muslim seperti Al-Farabi. Ibnu Sina, Ibn Rusyd dan lain lain.

5. Mengajarkan ilmu Hikmah

Yang dimaksud dengan ilmu hikmah adalah pengetahuan tentang manfaat dan mudarat sesuatu. Mengetahui ilmu hikmah tidaklah mudah. Diaamping sulit, juga yang mengajarkan bukan orang sembarangan. Sebab yang mampu mengajarkan ilmu hikmah itu hanyalah para Nabi dan Rasul yang di tugaskan oleh Allah SWT. Ilmu hikmah itu sendiri berisi hal hal yang tidak diketahui sebelumnya. Dan itulah yang terdapat dalam Al Quran 

Namun demikian terkadang kita sukar memahami apa apa yang di tulis dalam Al Quran, karena keterangan nya ada dalam Kitab, tapi benda yang diterangkan itu tidak ada dalam Kitab, itulah sebab nya apa yang di terangkan didalam kitab Al Quran terkadang tidak jelas maksudnya, sebaliknya kita bersyukur kepada Allah SWT kita ditinggali dua pusaka abadi, Kitabullah (Al Quran) dan As-Sunnah. Selama kita berpegang kepada keduanya, tidak ada yang tidak dapat diselesaikan.

Rasulullah bersabda :

“An Maliki annahu balaghahu anna Rasuulullahi shallallaahu ‘alayhi wasallama qala taraktu fiykum amrayni lantadillu maa tamassktum bihimaa kitaaballahi wa sunnatiy (Rawaahu Maliki)

Dari Malik ra. Menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Aku tinggalkan padamu dua pusaka abadi, jika kamu memegang keduanya tidak akan sesat selama – lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. (HR. Malik)

Mereka yang memahami Al-Quran dan Sunnah, akan mampu melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, mengerjakan yang disuruh, menghentikan barang yang dilarang, dan tidak sebaliknya amar munkar nahi ma’ruf, mengerjakan yang dilarang dan meninggalkan sesuatu yang disuruh oleh Allah SWT.

Itulah sebab nya Allah SWT memerintahkan untuk menjadi umat yang terbaik, yakni umat yang senantiasa menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.

Firmman Allah SWT dalam QS.3 Ali Imran ayat 104 :

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

104. Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Orang yang telah berpegang kepada Al Quran dan As Sunnah, akan mampu melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, mengerjakan yang di suruh menghentikan yang dilarang, tidak sebaliknya,.

Akan tetapi kenyataan yang terjadi saat ini Islam sesama Islam sudah saling salah menyalahkan, maka terjadilah perpecahan dalam umat Islam, sedangkan yang dikehendaki Allah SWT adalah umat Islam harus berpegang teguh dengan tali Allah SWT yang kuat lagi kokoh.

Baca juga :  Cara Mudah Menghasilkan Cuan di Bulan Ramadhan

Firman Tuhan dalam QS.3 Ali Imran ayat 103 :

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

103. Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.

Dengan tugas amar ma’ruf nahi munkar, persatuan dan kesatuan tidak boleh diabaikan, kita harus mengajak orang lain ke jalan Allah dengan penuh kelembutan dan perdamaian. Orang yang mengajak harus terlebih dahulu menjadi contoh yang baik, dan kalaupun harus membantah, kita harus membantah dengan cara yang baik, bukan dengan jalan kekerasan.

Simak Firman Tuhan dalam QS.16 An Nahl ayat 125 :

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Kita juga diingatkan Tuhan dalam QS.103 Al Ashr ayat 3 :

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ

3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Di ingatkan lagi oleh Tuhan dalam QS.26 Asy Syu’araa ayat 215 :

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ
 
215. dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.
 
Oleh sebab itu tidak boleh kita menghinakan atau merendahkan siapapun sesuai dengan peringatan Tuhan dalam Kitab Suci Al Quran.

Perhatikan Firman Tuhan dalam QS.49 Al Hujuraat ayat 11 :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
 
11. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
 
Untuk menghindari terjadinya hal hal yang negatif sebagaimana yang di kawathirkan Tuhan diatas, maka terapi nya adalah menjadikan Al Quran sebagai obat atas segala penyakit hati.

Firman Tuhan dalam QS.17 Al Isra ayat 82 :

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا
 
82. Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.
 
Dengan demikian rupanya penyakit hati adalah penyebab terjadinya perpecahan. Perpecahan ini sumbernya dari dalam hati, kelihatannya diluar bersatu akan tetapi sebenarnya tidak, mengapa demikian? karena dendam yang terkandung di dalam hatinya adalah penyakit yang sukar di oabti, yang disebab kan oleh mereka merasa lebih baik dan benar dari pada orang lain lebih dari segala-galanya, padahal sebenarnya semua itutidak mencerminkan perilaku seorang Muslim.
 
Oleh sebab itu jadilah hendaknya kita orang yang pemaaf. Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada umat nya “Maafkanlah kesalahan orang lain sebelum orang itu datang meminta maaf” bila tidak, kita di hukum Allah SWT.
 

Perhatikan Firman Tuhan dalam QS.2 Al Baqarah ayat 10 :

فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ
 
10. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.
 
Selain itu, Rasulullah menjadikan dusta itu sebagai pembatas baginya, siapa yang di akui dan siapa yang tidak di akui nya sebagai umat Muhammad SAW.
 
Jadi mereka yang pendusta itu sebenarnya telah lenyap Iman nya, dan orang orang yang tidak beriman bukanlah golongan umat Muhammad SAW. 
 
Demikian beberapa peringatan Tuhan akan penting nya mengenal diri, seseorang yang tidak lagi mengenal diri nya, ia akan lupa diri, maka binasa lah mereka itu.
“Nau’uzu billah min zalik’!!!*****
 

Sebelumnya

Kenapa Permendikbud 30 Mendapatkan Banyak Penolakan

Selanjutnya

Cara Nembak WIFI Jarak Jauh dengan Mudah dan Murah

Gensa Club
advertisement
advertisement